METRO – Paslon Wali dan Wakil Wali Kota Metro Mufti-Saleh menghadirkan Bu Tejo ke Kota Metro menjadi sosok dalam iklan kampanye. Terlihat dalam secuplik video pendek yang bertajuk “Rewangan” di dalam akun media sosial instagram official @metrobahagia dan akun pribadi @mas.mufti.
Dalam video yang berdurasi 3 menit 29 detik tersebut Bu Tejo tampak bersama Yu Sari sedang memasak di dapur. Cerita diawali dari pertanyaan dari Yu Sari yang heran mendengar Bu Tejo berkeluh terus. Bu Tejo pun menimpali dengan meneruskan keluhan-keluhannya mengenai harga-harga sembako yang naik.
“Iki lho Yu Sari, kabeh ki mundak. Mumet aku, lombok mundak, brambang mundak, beras yo mundak, gas saiki mundak kabeh, mboh, (ini lho Bu Sari, semuanya pada naik. Pusing saya, cabe naik, bawang naik, beras naik, gas sekarang naik semuanya, tidak tau lah,” keluh Bu Tejo.
Yu Sari tetap mengiris bawang putih sembari mendengarkan keluhan-keluhan Bu Tejo yang panjang bagai kereta.
“Gek Pak Tejo ki, nek ngekei uang belonjo, gur semono. Wes wes, mumet wes lah mumet, (Dan Pak Tejo kasih uang belanja cuma segitu. Sudah sudah, pusing lah pusing,” keluhnya.
Spatula yang dipakai untuk memasak dilepas Bu Tejo dari tangan kanannya. Sejurus kemudian hidungnya mendengus. Bersamaan dengan lehernya yang membanting kepalanya ke arah kiri.
“Iyo yo, opo-opo podo mundak, (Iya ya, apa-apa semua sedang naik harganya,)” Yu Sari menimpali. Pandangannya yang sedari tadi asyik fokus kepada pisau kini menoleh ke arah Bu Tejo yang sedang duduk di depan kompor. Terlihat tangannya kembali memegang spatulanya yang baru saja dihempasnya perlahan ke wajan.
“Mana tahun ngarep ki Arum arep rabi karo jenenge Agung anake pak lurah, (Mana tahun depan Arum mau menikah dengan Agung anaknya pak lurah,” Yu Sari melanjutkan kata-katanya sambil sesekali menghadapkan wajahnya ke sebilah pisau yang masih tetap mengiris bawang. Mungkin khawatir salah mengiris. Alih-alih mengiris bawang, malah mengiris nasib; ibu jarinya teriris. Sehingga isi dompet pun akan ikut teriris nantinya. Kalau sudah begini, mungkin bukan hanya Bu Tejo yang berkeluh kesah. Tetapi, Yu Sari pun akan demikian, mengeluhkan nasib kesehatan ibu jarinya.
Singkat cerita, di sela obrolan itu gas elpiji nya habis. Saat Bu Tejo mengeluarkan isi dompet hendak membeli gas. Ternyata uang yang tersisa hanya dua ribuan. Padahal gas elpiji harganya naik.
Melihat Bu Tejo yang semakin menjadi-jadi berkeluh kesah, Yu Sari teringat sesuatu. Diambilnya kertas yang didominasi warna merah muda. Lantas ditunjukkan ke Bu Tejo.
“Nah iki lho, Yu. Melok program metro bahagia, (Nah ini lho, Bu. Ikut program metro bahagia,” Yu Sari memberikan kertas yang diambilnya tadi kepada Bu Tejo.
“Ono opo to? (ada apa ini?)” Bu Tejo belum mengerti maksud Yu Sari.
“Iki lho, Yu. Program suka sate. Satu kelurahan, satu pusat ekonomi kreatif. Marakno ibu-ibu produktif, Yu, (Ini lho, Bu. Program suka sate. Satu kelurahan, satu pusat ekonomi kreatif. Menjadikan ibu-ibu produktif, Bu,)” ujar Yu Sari.
“Iki tak woco programe, lha… Solutif tenan iki. Ngopo ora ket wingi, Yu? (Ini say abaca programnya, lha… Solutif beneran ini. Kenapa tidak dari kemarin, Bu?)” Bu Tejo tertarik dengan program Suka Sate milik Calon Walikota yang mengusung slogan metro bahagia itu.
Bu Tejo pun merasa bahagia. Ia memutuskan untuk bergabung dengan program tersebut bersama Yu Sari. Bu Tejo kini seakan lupa dengan keluh kesah yang sebelumnya begitu panjang ia tumpahkan. (Red)
Add Comment