Jogja Istimewa

Ilustrasi. (Net)

Tabikpun.com – Malam itu aku dan keluarga bergegas dengan semangat yang tinggi karena hari ini kami bakal melakukan perjalanan seru ke Jogja. Kami mulai dengan berkumpul di rumah, menyiapkan barang-barang bersama, dan akhirnya berangkat menuju Stasiun Gambir. Suasana stasiun yang ramai dengan penumpang, pengumuman yang bergema, bikin aku makin bersemangat. Kami naik mobil bareng menuju stasiun, sambil menikmati obrolan ringan.

Sesampainya di Stasiun Gambir, kami langsung membeli tiket kereta menuju Jogja. Begitu masuk ke dalam gerbong, kami menemukan tempat duduk yang nyaman dan aku pun duduk di dekat jendela sambil melihat pemandangan yang perlahan berubah dari gedung-gedung tinggi ke hamparan sawah hijau. Suara roda kereta dan obrolan santai keluarga membuat waktu terasa cepat berlalu. Kami juga saling berbagi cerita, sehingga perjalanan yang awalnya terasa panjang justru jadi menyenangkan.

Setibanya di Jogja, kami langsung menuju restoran legendaris “Gudeg yu Djum”. Tak ada salahnya memulai perjalanan dengan mencicipi makanan khas yang terkenal di kota ini. Begitu memasuki restoran, kami langsung disambut dengan aroma gudeg yang menggugah selera dan suasana yang santai. Aku pada saat itu memesan gudeg yang  manis. Suasana hangat di restoran  dipadu dengan tawa dan obrolan keluarga, membuat momen makan kami terasa begitu istimewa.

Setelah kenyang dengan gudeg, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Dirgantara Mandala. Tempat ini bener-bener keren banget, di museum, aku dan keluarga diajak menyelami sejarah penerbangan Indonesia lewat koleksi pesawat dan peralatan yang terawat rapi. Aku sempat berdiri lama di depan sebuah pesawat tua yang bercerita tentang perjuangan para pahlawan. Banyak anak-anak juga asyik bermain di area interaktif, sementara orang dewasa menikmati penjelasan sejarah yang disajikan dengan cara yang menarik dan tidak membosankan. Rasanya museum itu bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga menginspirasi untuk bermimpi lebih tinggi.

Waktu terus berjalan, dan kami pun menuju destinasi selanjutnya, yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Perjalanan ke Candi Prambanan terasa istimewa karena kami disuguhkan dengan keindahan arsitektur kuno yang megah. Di sini, setiap ukiran dan relief bercerita tentang legenda dan kisah para dewa. Aku dan keluarga berjalan santai sambil berhenti sesekali untuk mengambil foto dan membaca informasi yang terpampang. Banyak anak-anak sekolah terlihat terpesona dengan bentuk-bentuk candi yang unik, sementara aku merasa seolah-olah bisa merasakan getaran sejarah yang begitu kental.

Tak lama setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur. Meskipun perjalanan menuju Borobudur agak menantang karena jalanan yang berliku, semua lelah pun terasa terbayar lunas saat aku melihat keindahan candi itu. Suasana di Borobudur benar-benar berbeda, tenang, damai, dan seolah-olah waktu berhenti. Kami berjalan menaiki tangga-tangga candi dengan perlahan, sambil menikmati pemandangan alam hijau yang mengelilingi. Di puncak, kami duduk bersama sejenak untuk menikmati panorama luas yang memukau: hamparan sawah, pegunungan, dan langit biru yang cerah. Momen itu bikin aku semakin mengagumi betapa kayanya sejarah dan budaya bangsa ini.

Sore harinya, perut kami kembali menuntut santapan. Kali ini, kami memilih untuk makan di restoran “The House of Raminten” yang terkenal dengan suasana unik dan menu-menu yang menggugah selera. Restoran ini punya interior yang khas dan penuh warna, seakan mengajak kita masuk ke dalam dunia cerita rakyat. Kami menikmati berbagai hidangan dengan cita rasa yang berbeda, sambil berbincang tentang pengalaman kami di setiap tempat yang sudah dikunjungi. Suasana yang santai di sana bikin waktu makan cepat berlalu.

Setelah puas makan, kami menuju Taman Sari Kraton Jogja. Tempat ini benar-benar memikat hati dengan keindahan arsitektur istana yang dipadu dengan nuansa sejarah yang kental. Aku berjalan santai di antara lorong-lorong taman yang pernah menjadi tempat istirahat para sultan, membayangkan betapa megahnya kehidupan di masa lalu. Keluarga pun menikmati suasana sambil berfoto di spot-spot menarik.

Petualangan kami mendekati akhir, namun satu destinasi terakhir masih menunggu: Pantai Midodaren. Perjalanan menuju pantai ini memang lumayan jauh dan membutuhkan tenaga ekstra, tapi pemandangan yang kami temui di sana langsung membuat semua kelelahan sirna. Pantai Midodaren menawarkan pesona alam yang menakjubkan dengan pasir putih yang bersih, ombak yang tenang, dan langit senja yang memukau. Kami duduk bersama di tepi pantai, menikmati angin sepoi-sepoi sambil menyaksikan matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Suasana magis itu membuat kami terdiam sejenak, merenungi betapa berharganya setiap momen kebersamaan.

Malam semakin larut, dan setelah empat hari berpetualang, kami bersiap untuk pulang. Di perjalanan pulang ke penginapan, aku melihat wajah-wajah lelah namun penuh bahagia.  Aku sadar, perjalanan ke Jogja ini bukan hanya tentang destinasi yang kami kunjungi, tapi juga tentang kebersamaan dan kehangatan keluarga yang semakin menguatkan ikatan kami.

Sesampainya di penginapan, aku duduk sejenak  sambil menikmati secangkir teh hangat. Aku mengenang setiap momen yang baru saja kami alami, dari hiruk-pikuk Stasiun Gambir, kenyamanan dalam perjalanan kereta, kelezatan gudeg, kekaguman di museum dan candi, keunikan “The House of Raminten”, pesona Taman Sari, hingga kedamaian di Pantai Midodaren. Semua itu menyatu dalam sebuah kisah perjalanan yang akan selalu aku kenang.

Penulis: Revan Khaira Ramadhan (J0401231045) Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

Redaksi TabikPun :