Mengulang Kenangan di Bukit Baros

Bukit Baros menjadi destinasi yang harus dikunjungi karena memberikan kenangan tersendiri saat pulang ke Sukabumi. (Ist)

Tabikpun.com – Setiap kali pulang ke Sukabumi, ada satu tempat yang selalu membekas di ingatan saya yaitu Bukit Baros. Dulu, saya hampir selalu menyempatkan diri untuk datang ke sini, menikmati udara segar, melihat pepohonan pinus hijau yang menyejukkan mata, dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Namun, tanpa saya sadari, sudah bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali saya mengunjungi tempat ini. Kerinduan itu tiba-tiba muncul. Saya ingin kembali ke Bukit Baros, sekadar berjalan-jalan dan menikmati suasananya. Saya ingin melihat apakah tempat ini masih sama seperti dulu atau sudah banyak berubah. Dengan semangat itu, saya pun memutuskan untuk berangkat.

Perjalanan Menuju Bukit Baros

Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 14.00 WIB menggunakan motor. Sebelum benar-benar memulai perjalanan, saya menyempatkan diri mengisi bensin di pom bensin yang terletak di Jalan Jalur Lingkar Selatan.

Cuaca siang itu cukup cerah, langit terlihat biru dengan sedikit awan putih. Namun, di kejauhan, tepatnya ke arah Selabintana, saya melihat langit mulai gelap. Sepertinya hujan akan turun di sana, tetapi saya tetap melanjutkan perjalanan dengan harapan cuaca di Bukit Baros tetap bersahabat.

Setelah berkendara beberapa waktu, saya tiba di Kecamatan Kebonpedes. Di sini, saya disambut oleh gapura besar bertuliskan “Selamat Datang di Kebonpedes”. Melihat tulisan ini, saya merasa semakin dekat dengan tujuan.

Perjalanan saya lanjutkan dengan mengikuti jalan utama hingga akhirnya saya menemukan sebuah gapura di sisi kanan bertuliskan “Bukit Baros Cempaka Park”. Begitu memasuki kawasan ini, suasana langsung berubah.

Udara yang awalnya terasa biasa saja, kini menjadi lebih sejuk. Angin semilir berhembus, membawa aroma tanah yang khas setelah terkena embusan angin pegunungan. Pemandangan hijau terbentang luas di sekitar saya, menyambut kedatangan saya dengan keindahan yang menenangkan.

Menjelajahi Keindahan Bukit Baros

Untuk masuk ke kawasan wisata Bukit Baros, saya membayar tiket seharga Rp15.000 per orang. Pembayarannya cukup fleksibel, bisa menggunakan uang tunai maupun QRIS.

Setelah melewati loket tiket, saya mulai menyusuri area wisata ini, mengingat-ingat kembali sudut-sudut yang dulu pernah saya kenal. Tak jauh setelah tempat pembelian timet, di sisi kanan, saya melihat kandang monyet yang sejak dulu ada di situ.

Monyet di dalamnya tampak tidak begitu aktif, ia hanya duduk dengan tenang mengamati pengunjung. Saya melanjutkan perjalanan ke depan, melewati berbagai spot menarik yang ada di kawasan ini.

Bukit Baros memiliki area bermain yang luas, cocok untuk anak-anak maupun keluarga yang ingin bersantai. Saya melihat beberapa gazebo yang tersedia bagi pengunjung yang ingin beristirahat, serta ayunan yang terpasang di batang-batang pohon, memberikan kesan alami dan menyatu dengan alam.

Salah satu daya tarik yang mencolok adalah deretan payung warna-warni yang digantung di antara pepohonan. Kombinasi warna cerah dan latar belakang pepohonan hijau menciptakan pemandangan yang indah dan fotogenik.

Di sepanjang perjalanan, pepohonan pinus yang tinggi menjulang berdiri kokoh, memberikan keteduhan dan kesejukan yang khas. Saya terus berjalan hingga tiba di bagian ujung kawasan, di mana terdapat pabrik keju mozzarella dan sebuah kafe yang dulu sering saya kunjungi bersama keluarga.

Mampir ke Cafe Cimandiri

Sekitar pukul 14.30, saya tiba di Cafe Cimandiri. Begitu melihat bangunannya, saya langsung diserang nostalgia. Kafe ini adalah tempat yang sering saya kunjungi bersama keluarga dulu jika sedang pulang kampung ke Sukabumi.

Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Bangunan kafe ini masih mempertahankan desain yang sama seperti dulu, yaitu dinding bata ekspos yang memberikan kesan hangat dan nyaman. Di bagian depan, terdapat beberapa meja kayu panjang yang bisa digunakan untuk 4–6 orang.

Sementara di bagian dalam, ada area pemesanan makanan, dan di bagian belakang, terdapat kolam renang kecil yang dikelilingi gazebo. Dulu, saya dan keluarga selalu memilih duduk di gazebo itu, menikmati makanan sambil memandangi kolam renang dan pemandangan hijau di sekelilingnya.

Begitu masuk, saya disambut oleh Mas Dendi, seorang Sales Executive di kafe ini. Dengan ramah, ia mengajak saya berbincang tentang perkembangan kafe. Dari obrolan kami, karena waktu sudah menjelang sore, menu makanan di kafe ini sudah mulai habis.

Saat itu, yang tersisa hanya spaghetti dan mac and cheese karena kafe akan tutup pada pukul 16.00 WIB. Saya pun memesan mac and cheese, mozzarella ball, dan yoghurt rasa melon, dengan total harga Rp 70.000.

Sambil menunggu pesanan, saya dan Mas Dendi terus berbincang. Ia menceritakan bahwa kebanyakan pengunjung Bukit Baros justru berasal dari luar kota, terutama dari Jakarta. Warga Sukabumi sendiri relatif jarang datang ke tempat ini, kecuali jika mereka memang ingin berwisata bersama keluarga.

Selain wisatawan, Bukit Baros juga sering dikunjungi oleh mahasiswa yang melakukan penelitian tentang bagaimana cara pemasaran Cafe Cimandiri, strategi promosi tempat wisata ini, serta proses produksi keju mozzarella yang telah dijual di berbagai supermarket besar. Mas Dendi juga menambahkan bahwa Cafe Cimandiri beberapa kali digunakan sebagai venue pernikahan outdoor.

Dengan latar belakang pegunungan dan suasana yang asri, banyak pasangan memilih tempat ini untuk menggelar pernikahan dengan konsep taman yang asri. Setelah makanan saya datang, saya menikmati setiap suapan mac and cheese yang terasa lembut dan gurih, berpadu dengan kesegaran yoghurt melon yang saya pesan. Rasanya tidak jauh berbeda dari yang saya ingat dulu.

Mengakhiri Perjalanan Sebelum Hujan Turun

Percakapan dengan Mas Dendi begitu menyenangkan, tetapi saya sadar bahwa langit semakin gelap. Awan mendung mulai menutupi matahari, menandakan hujan akan segera turun. Daripada terjebak di perjalanan, saya pun memutuskan untuk pulang.

Perjalanan ini bukan sekadar wisata biasa bagi saya, tetapi juga perjalanan nostalgia. Bukit Baros bukan hanya tempat wisata, tetapi juga bagian dari kenangan masa kecil saya. Meski waktu terus berjalan dan banyak hal telah berubah, tempat ini tetap memberikan perasaan nyaman yang sama seperti dulu.

Penulis: Jasmine Rahadian Firmansyah

NIM: J1401231030

Kelas: Q2

Redaksi TabikPun :