Perjalanan Karier Seorang Akuntan dari SMA Hingga Menjadi Dosen

Ilustrasi. (Net)

Tabikpun.com – Ricky Brayan Tampubolon lahir di Pekan Baru pada bulan 4 Juni 1991. Sejak sekolah menengah, ia sudah tertarik pada bidang akuntansi. Saat duduk di bangku SMA, ia mengambil jurusan akuntansi yang saat itu masih memakai kurikulum lama. Menariknya, saat kelas 2 SMA, Ricky adalah satu-satunya siswa yang mampu menguasai pelajaran akuntansi. Bukan karena merasa paling pintar, tapi karena ia memang satu-satunya yang menekuni bidang tersebut. Ia menganggap akuntansi itu seru dan menantang. Walaupun pada masa itu ada anggapan bahwa akuntansi adalah “jurusan cewek”, Ricky tidak peduli. Ia tetap semangat menekuni akuntansi karena merasa cocok dan ingin tahu lebih dalam.

Setelah lulus SMA, Ricky melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan akuntansi. Di masa itu, akses informasi belum semudah sekarang. Teknologi masih terbatas dan belum banyak informasi tentang pilihan jurusan. Namun, Ricky tetap teguh pada pilihannya. Setelah menyelesaikan S1, ia melanjutkan ke Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK), jadi jika jadi dokter lulus ke sarjana kedokteran mengambil profesi dokter, jika di akuntansi lulus akuntansi mengambil profesi akuntan. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan S2 di bidang akuntansi juga.

Perjalanan karir Ricky konsisten di dunia akuntansi. Ia pernah bekerja di anak perusahaan besar, di bidang keuangan, lalu menjadi auditor, dan bekerja di beberapa perusahaan keuangan lainnya. Semua pekerjaan yang dijalani selalu berkaitan dengan akuntansi. Ricky merasa pilihan karirnya sudah tepat sejak SMA. Bahkan, ia sudah memiliki cita-cita menjadi dosen sejak masih menyusun tesis. Namun, ia tidak ingin langsung mengajar tanpa pengalaman kerja. Ia ingin mengalami sendiri proses pengalaman langsung di lapangan dan bekerja di perusahaan agar saat mengajar nanti, ia bisa membagikan pengalaman nyata kepada mahasiswa.

Salah satu pengalaman kerja yang paling berkesan bagi Ricky adalah ketika ditempatkan di cabang perusahaan yang kinerjanya buruk. Saat itu, nilai kinerja atau KPI cabang tersebut rata-rata berada di level rendah. Namun setelah Ricky masuk, ia berhasil meningkatkan kinerja cabang itu, hingga nilai KPI-nya naik dan lebih baik dari sebelumnya. Bagi Ricky, itu adalah salah satu pencapaian terbesar dalam karir. Dalam dunia pendidikan, pencapaian terbesarnya adalah mencapai pangkat tertinggi sebagai dosen.

Ricky tidak sampai disitu saja. Ia juga aktif menulis, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Dalam bidang akademik, ia menulis jurnal. Sedangkan di luar itu, ia menulis opini dan pemikiran di media seperti Kumparan dan Mojok. Salah satu topik yang sering ia bahas adalah soal penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah. Ia merasa penggunaan bahasa saat ini sering asal-asalan. Misalnya penggunaan partikel “dong” yang sering salah tempat. Contohnya, orang berkata “Aku kepleset dong” atau “Aku ditilang dong”, padahal penggunaan “dong” dalam kalimat tersebut kurang tepat. Hal-hal kecil seperti itu menjadi perhatian Ricky, dan ia merasa perlu menerapkannya lewat tulisan.

Dalam perjalanan hidupnya, Ricky mendapat dukungan penuh dari keluarga, terutama ayah, ibu, adik, dan pacarnya yang kini menjadi istrinya. Dukungan ini membantunya menghadapi berbagai tantangan, baik dalam pendidikan maupun karir. Ia juga pernah diragukan oleh teman-teman yang tidak begitu mengenalnya, namun ia menjawab semua keraguan itu dengan prestasi.

Ke depan, Ricky berharap bisa dikenang lewat pemikiran-pemikirannya, bukan hanya lewat gelar atau jabatan. Ia ingin terus menulis dan membagikan pemikiran yang bermanfaat. Selain itu, ia juga berharap ada perubahan di dunia pendidikan, khususnya bagi dosen PNS. Ia menyayangkan bahwa hingga kini dosen PNS masih menerima gaji di bawah UMR karena tunjangan kinerja belum dibayarkan. Ricky berharap hal ini bisa segera diperbaiki agar para dosen bisa lebih fokus mendidik dan memajukan pendidikan di Indonesia.

Ricky Brayan Tampubolon adalah sosok yang berkomitmen dalam bidang akuntansi dan pendidikan. Ia percaya bahwa dengan pengalaman, kerja keras, dan kemauan untuk berbagi, ia bisa memberikan kontribusi nyata, tidak hanya bagi mahasiswa, tapi juga bagi masyarakat luas.

Penulis: Shapta Maulana F (J0401231082) Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

Redaksi TabikPun :