Reta Sagita: Pengembangan Inovasi untuk Sektor Perikanan Berkelanjutan

Reta Sagita, lahir di Sukabumi pada 4 Maret 2003. Ia merupakan Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University, Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan. (Ist)

Tabikpun.com – Reta Sagita, lahir di Sukabumi pada 4 Maret 2003. Ia merupakan Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University, Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan.

Perjalanan Pendidikannya dimulai dari SD Negeri Warudoyong, kemudian melanjutkan Pendidikan ke SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Keputusannya untuk melanjutkan Pendidikan di luar kota, salah satunya di Bandar Lampung adalah karena pilihannya sendiri, didorong dengan keinginannya untuk mengeksplor Pendidikan lebih luas.

Keputusannya didukung oleh kedua orang tuanya, hal ini karena orang tuanya selalu memberikan kebebasan dalam menentukan jalur pendidikan. Setelah menyelesaikan Pendidikan pertama di Bandar Lampung, Reta kembali ke kampung halamannya, Sukabumi untuk menempuh Pendidikan di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi, sebelum akhirnya melanjutkan pendidikannya di Sekolah Vokasi IPB University. Sekolah Vokasi IPB University, menjadi pilihan Reta untuk melanjutkan pendidikannya, didukung dengan dorongan dan keyakinan dari orang tuanya, yang meyakinkannya untuk masuk ke Sekolah Vokasi IPB University.

USMI menjadi jalur yang ditempuh Reta untuk masuk ke Sekolah Vokasi IPB University, dengan seleksi yang ketat berdasarkan nilai raport, Reta akhirnya diterima di Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan, yang menjadi pilihan ke tiga, setelah sebelumnya memilih Komuniasi Digital dan media serta Akuntansi pada pilihan ke satu dan dua. Meskipun awalnya merasa kurang yakin dengan jurusan yang akan ia tempuh, Reta akhirnya menyadari bahwa perikanan merupakan sector yang menjanjikan, hal ini karena sector perikanan adalah sector yang berkelanjutan dan dibutuhkan, mengingat ikan menjadi salah satu sumber pangan bagi masyarakat.

Magang menjadi salah satu pengalaman berharga yang dirasakan oleh Reta dalam mendalami sector perikanan. Pada semester 5, ia mendapatkan kesempatan magang di tiga tempat yang berbeda, yaitu di Laboratorium Kultur Jaringan Rumput Laut, Ikan Hias Tetra Sukabumi, dan di Pokdakan Teratai Fish Farm, dimana ia terjun langsung ke lapangan dan beristeraksi langsung dengan masyarakat.

Dengan magang di tiga tempat yang berbeda memberikan Reta pemahaman yang lebih luas, ia semakin memahami mengenai tantangan dan peluang di industry perikanan. Pengalamannya ini mampu melatihnya dalam menghadapi situasi saat terjun ke dunia kerja secara langsung.

Pengalaman magangnya tidak hanya terjadi di semester 5, namun pada semester 7, Reta kembali melakukan magang, ia berkesempatan magang di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Bandung. Tepatnya di Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Bandung. Magang, di KKP ini memberikan Reta perspektif baru, yaitu pentingnya pengwasan Mutu Ikan.

Pengalaman magang ini semakin membuka wawasannya bahwa sector perikanan tidak hanya berfokus kepada budidaya, namun banyak sector lain, seperti dalam bidang pemasaran, pengolahan ataupun bergabung ke dalam kementerian perikanan. Pengabdian kepada masyarakat menjadi pilihan Reta untuk menyelesaikan Tugas Akhir, keputusan ini diambil karena ia merasa bahwa Pengabdian Masyarakat adalah pilihan yang sejalan dengan kepribadiannya yang sangat suka dan senang untuk bersosialiasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, pengabdian masyarakat juga memberikan peluang bagi Reta untuk memperluas jaringan dan membangun relasi yang lebih luas dengan banyak orang. Sehingga ia mampu untuk menghubungkan relasirelasi tersebut untuk menjalin kolaborasi yang bermanfaat dikemudian hari.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Reta melakukan kolaborasi dengan masyarakat untuk melakukan budidaya ikan lele di dalam gentong. Tidak hanya melakukan budidaya, tetapi juga mengolah hasil panen tersebut sehingga menghasilkan nilai jual, seperti melakukan pengolahan naget lele dan katsu lele, yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, namun juga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Selain fokus kepada pengabdian masyarakat, Reta juga aktif menjadi Asisten dosen untuk mata kuliah Pananganan Produk akuakultur dan bioteknologi yang dimana ini menjadi pengalaman yang juga dilakukan oeh Reta hingga sekarang. Dimana dua mata kuliah ini sesuai dengan pengalaman magang sebelumnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Seperti pengecekan PCR dan DNA ikan. Menjadi asisten dosen bukan hanya untuk menambah pengalaman, namun juga menjadi tempat bagi Reta untuk sama-sama belajar dan berbagi ilmu dengan mahasiswa lainnya, ia memberikan pengetahuan dan wawasan yang selama ini ia dapat kepada adik tingkatnya, sejalan dengan prinsip yang selalu ia pegang: “Jadi mahasiswa yang hebat tuh ga cukup, tapi jadi mahasiswa yang bermanfaat”.

Sector perikanan merupakan salah satu sector yang menjanjikan, mengingat Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas yaitu mencakup 70%. Potensi besar ini menjadikan perikanan menjadi sektor yang harus terus dijaga dan harus di budidayakan.

Tidak hanya terus menerus mengambil dari alam, namun harus diimbangi dengan adanya budidaya perikanan yang mendukung keberlanjutan dalam sector perikanan. Masalah terbesar yang seringkali dialami dalam sector ini adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM), banyak orang yang menganggap sector perikanan sebelah mata, namun menurut Reta sector perikanan itu sangat luas dan tidak terbatas pada budidaya saja.

Tingginya biaya budidaya perikanan mendorong Reta melakukan sebuah inovasi murah, mudah dan efisien, Ia mulai mengembangkan system budidaya perikanan yang dimulai dari skala rumahan, dengan menggunakan gentong, ia melakukan budidaya perikanan, tanpa aerator dan tanpa listrik, sehingga inovasi tersebut memberikan solusi untuk masyarakat yang ingin memulai budidaya dengan biaya yang lebih murah. Dengan inovasi tersebut, reta ingin memberitahu kepada masyarakat bahwa melakukan budidaya tidak selamanya membutuhkan biaya yang tinggi, namun bisa dimulai dari skala rumahan yang memerlukan biaya yang lebih rendah.

Hingga saat ini, Reta sudah melakukan budidaya ikan melalui gentong dalam 3 siklus, dimana sekali panen 10 gentong yang masing-masing gentong berisi 100 ikan. inovasi awal yang dilakukannya sejalan dengan visi dan misinya, yaitu tidak hanya membangun budidaya ikan, namun juga membangun pemasaran. Dengan pemasaran yang dibagunnya, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperluas jangkauan pasar untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Redaksi TabikPun :