Metro OPINI

Bangunan Rapuh, Birokrasi Runtuh 

Pemimpin Redaksi Tabikpun.com Abdul Wahab. (Red)

METRO – Pemerintahan Kota Metro sedang berada di persimpangan sejarah. Kota ini digerakkan oleh mesin birokrasi yang seharusnya menjadi tulang punggung pelayanan publik, inovasi, dan keadilan.

Namun faktanya, yang berjalan bukan meritokrasi, melainkan pseudo-meritokrasi. Suatu ilusi bahwa jabatan diberikan berdasarkan prestasi, padahal yang bekerja justru adalah sistem saling melindungi, saling menyandera, dan saling menukar kepentingan.

Di dalam lorong-lorong kantor pemerintahan, bukan kompetensi yang bersinar, tapi siapa yang tahu cara menyenangkan atasan.”.Asal bapak senang’.. Di balik laporan evaluasi yang penuh angka pencapaian, tersembunyi wajah-wajah murung para ASN jujur yang dikorbankan demi menjaga kenyamanan birokrat senior yang malas berubah.

Dan di antara para pejabat tinggi yang berdiri membanggakan capaian kerja, ada yang sebenarnya hanya berdiri di atas reruntuhan moralitas birokrasi.

Dalam sistem yang sehat, jabatan adalah dari hasil capaian kerja keras, kapabilitas, dan integritas. Di Kota Metro nampaknya realitas itu seperti tak berlaku. Jabatan tinggi strategis bisa diatur, dipaketkan, bahkan aroma indikasi secara diam-diam atas nama kesetiaan dari kontribusi politik dari para pembisik, bukan murni dari hati dan ketegasan Walikotanya.

Mata publik khususnya di Bumi Sai Wawai sudah jengah mendengar dan menyaksikan kodisi itu karena dianggap bukan rahasia umum lagi. Deretan kursi penting diprediksi akan diisi oleh orang-orang yang tak lebih dari “titipan”. Mereka hadir bukan karena mampu, tapi karena dinilai dibutuhkan untuk menjaga stabilitas politik elit. Tapi ini masih.dugaan ya, semoga aja tidak benar terjadi.

Yang sangat bahaya, kerusakan birokrasi diawali sikap pembiaran dari satu hal yaitu pembiaran terhadap kebodohan yang berkuasa. Sistem ini tidak memberi ruang bagi para ASN berpikir tajam dan bersikap jujur.

Mereka dianggap berbahaya, tidak bisa diajak kompromi atau tidak tahu diri. Akhirnya mereka disingkirkan, terkucilkan, secara berlahan bisa jadi dicoret dari daftar tim perumus, atau tidak diberi akses ke program strategis. Ini bukan sekedar soal jabatan, tapi soal perlawanan terhadap integritas.

Pemerintah Kota Metro selalu gencar memamerkan keberhasilan program sebagai bukti kemajuan dalam bentuk perolehan selembar piagam penghargaan. Tapi bila ditelisik lebih dalam, banyak program unggulan itu hanya menyentuh permukaan belaka yang tak sesuai fakta di lapangan demi pencitraan untuk kebutuhan publikasi, bukan untuk menjawab kebutuhan dan harapan publik sesungguhnya.

Tak ayal secara dadakan Inovasi ASN muncul seperti kilat menjelang penilaian kompetisi nasional atau monitoring provinsi demi memperoleh juara. Namun setelah itu Kembali senyap.

Inilah bentuk lain dari ketidakjujuran sistemik yang menciptakan narasi prestasi pencitraan, sambil menutup-nutupi kegagalan struktural. Pejabat tinggi lebih sibuk mengurus branding pribadi daripada memperkuat struktur dan budaya kerja setiap instansi.

Apakah ini birokrasi yang sehat? Tentu sebaliknya. Ini adalah birokrasi yang sedang dibius. Birokrasi Metro tak lagi menjadi tempat pengabdian, melainkan medan penuh ranjau jebakan diambang kehancuran.

ASN hidup dalam ruang lingkup tak berkutik, takut salah bicara, tak berani melaporkan pelanggaran, sampai terdiam seperti tak punya gagasan baru. Sistem membentuk karakter pasif, konformis, dan manipulatif. Bukan karena ASN Metro bodoh. Sebenarnya banyak yang piawai dan mumpuni, tapi sepertinya sistem menutup celah dan ruang dari segi keberanian dan kejujuran.

Study kasus misal ada ASN yang bersuara lantang demi kebaikan publik, ini malah justru menjadi ancaman atas jabatan mereka. Dituduh ambisius, diserang secara personal, bahkan bisa sampai dijadikan musuh di internal mereka. Kota Metro janganlah mencetak generasi birokrat pengecut, bukan karena tidak berani, tetapi karena sistem memaksa mereka untuk pura-pura bodoh demi bertahan.

Reformasi birokrasi bukan sekadar mengganti kepala OPD, atau menyusun SOP baru. Ini soal membongkar fondasi rusak dan membangun ulang tatanan nilai. Harus ada revolusi mental di tubuh birokrasi. Sebagai Walikota, harus berani dan tegas untuk menyingkirkan pejabat yang hanya pandai menjilat. Tempatkan dengan pemimpin yang benar- benar punya kompetensi skil di bidangnya.

Jangan seolah menutup mata dan telinga yang seolah tak ada problema. Mereka bukan hanya penonton dalam sandiwara, mereka juga adalah penentu arah. Jika mereka terus membiarkan ilusi meritokrasi berjalan, maka sebenarnya mereka sedang mempercepat kehancuran birokrasi Metro dari dalam.

Jangan heran jika 5 tahun ke depan, Metro jalan di tempat. Birokrasi yang rusak tak akan mampu melahirkan inovasi. Itu hanya akan menelurkan proyek tambal sulam dan kebijakan setengah hati. Kota ini akan terlihat baik di atas kertas, tapi fondasinya rapuh. Indikator keberhasilan kinerja bisa saja dimanipulasi, tapi nurani publik tak bisa dibohongi.

Mumpung belum terjadi, maka berhati-hati serta jeli dalam menempatkan jabatan kepada pejabat baru. Kota Metro tidak kekurangan ASN yang berintegritas baik dan cerdas. Tapi mereka hanya akan bisa bekerja jika sistem memberi ruang, bukan jebakan batman. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan dari atas, dari mana perubahan harus dimulai.

Penulis: Pemred Tabikpun.com Abdul Wahab

About the author

Redaksi TabikPun

Add Comment

Click here to post a comment

Tinggalkan Balasan

IKLAN

IKLAN

%d blogger menyukai ini: