News Way Kanan

Bersalin Cesar, Peserta Jampersal Way Kanan Diduga Ditarik Biaya Jutaan

Her Yuli saat dikonfirmasi di kediamannya di Kampung Penengahan, Kecamatan Negeri Agung, Way Kanan. (Dian Pirasta)

WAY KANAN – Her Yuli, warga Desa Kampung Penengahan, Kecamatan Negeri Agung, Way Kanan, diduga menjadi korban pungutan liar (pungli) salah satu bidan berinisial BD. Ironisnya, Heri Yuli merupakan peserta Program Jaminan Persalinan (Jampersal).

Sri Yani adik ipar Her Yuli menerangkan, awal terjadinya pungutan tersebut usai kakak iparnya melakukan USG pada RSUD Zapa pada 17 November 2019, dimana hasil USG dilihat oleh bidan tersebut. Her Yuli pun mengaku dokter telah memutuskan dirinya melahirkan secara cesar.

”Bidan itu pun menanyakan apakah kakak saya sudah ada BPJS, dan kakak saya memang tidak punya BPJS. Akhirnya bidan itu menyarankan agar kami ke rumahnya, bidan itu mengaku akan mengurus masalah caesar kakak saya,” jelasnya, Senin (6/1/2020).

Mereka berdua pun akhirnya berangkat ke rumah bidan tersebut membawa persyaratan Kartu Keluarga (KK) dan KTP. Syarat itu dibawa karena BD menyebut Jampersal hanya menanggung separuh biaya persalinan.

”Misalkan harga umum bisa kena Rp16-28 juta kalau pakai Jampersal cuma kena Rp8-14 juta, gitu penjelasannya, mendengar keterangan bidan itu, kami takut akhirnya kami mengikuti apa kemauannya,” ulasnya.

Sri menambahkan, BD pun meminta uang Rp 3 juta dengan alasan mengurus Jempersal, karena persyarakat dan uang itu akan diantar ke ‘atas’. Mereka pun menyerahkan uang yang diminta langsung ke rumah BD.

”Dua atau tiga hari kemudian BD menelepon dan menyuruh orang ke rumah. Orang yang datang ke rumah itu mengatakan minta tambah uang untuk mencukupi Rp 6 juta, sebab yang Rp 3 juta ditolak dari atas dan persyaratan kami dipulangkan,” jelasnya.

BD mengatakan, lanjut Sri, agar mereka mencukupi Rp 6 juta jika tidak ingin menggunakan jalur umum yang diprediksi menelan anggaran Rp 28 juta. Mendengar penjelasan tersebut, mereka pun mencari pinjaman Rp 3 juta, kemudian kembali diserahkan kembali kepada BD.

“Tapi cuma diambilnya Rp2 juta saja, yang Rp 1 juta dipulangkan oleh bidan BD, kata bidan itu yang Rp1 jutanya nanti serahkan di rumah sakit untuk nebus anak (bayi),” ungkapnya.

Setelah operasi caesar, BD kembali meminta uang Rp 1 juta untuk menebus sang Bayi, dengan alasan biaya ruangan Bayi dan ibunya berbeda. Saat akan pulang, Her Yuli pun kembali diminta uang saat akan memasang KB.

”Setelah mau pulang Her Yuli ini pasang susuk KB, biasanyakan gratis dari rumah sakit, tapi sama bidan BD disuruh bayar, lalu saya tanya sama bidan lainnya mereka bilang juga gratis. Akhirnya saya bilang sama bidan BD, bu dari rumah sakit gratis masang susuk KB, kok ibu bilang bayar,” sesal Sri.

Mendengar hal itu, kata Sri, bidan BD marah-marah dan mengatakan bahwa tidak ada yang gratis. “Saya beli di apotik susuknya kamu orang itu pakai Jampersal apa sih kekuatan Jampersal, apa lagi itu cuma tandatangan pak lurah apa kekuatannya emang pak lurah yang menggaji kami! kalau BPJS kami dapat uang dari pemerintah sana. Gitu kata bidan BD,” kata Sri menirukan ucapan BD.

Akhirnya bidan BD meminta bayaran untuk masang susuk KB berserta biaya-biaya lainnya Rp3,5 juta. “Tapi kami nggak ada uang segitu dan kami bayar Rp2,5 juta pas mau pulang, jadi total uang yang kami serahkan kepada bidan BD Rp7,5 juta,” paparnya.

Ia dan keluarga berharap pihak terkait dapat memperjelas status sebenarnya dari kepersertaan Jampersal. Jika benar gratis, mereka berharap uang yang sudah dikeluarkan dapat dikembalikan.

“Kami bukan keluarga mampu. Kakak saya ini bekerja serabutan. Uang yang kami gunakan untuk membayar biaya persalinan ini pun uang pinjaman berbunga. Kalau memang peserta Jampersal ini gratis, kami harap uang yang sudah kami keluarkan bisa dikembalikan,” tutupnya.

Ditemui ditempat prakteknya Desa Bandar Dalam, Kecamatan Negeri Agung, Way Kanan, BD berkilah dan membantah semua tuduhan dari keluarga pasien Her Yuli. Bahkan dirinya menantang untuk mengumpulkan seluruh bukti atas tuduhan tersebut.

“Itu semuanya bohong, saya disitu benar-benar membantu dan tidak ada yang saya pungut biaya sepeserpun. Apa buktinya saya telah mengambil atau meminta uang kepada keluarga pasien?” tantangnya. (Dian)

 

About the author

Redaksi TabikPun

Add Comment

Click here to post a comment

Tinggalkan Balasan

IKLAN

IKLAN

%d blogger menyukai ini: