Tabikpun.com – Ahmad Yusuf Ibrahim adalah seorang akademisi bidang proteksi tanaman yang menempuh pendidikan linear dari pendidikan sarjana hingga program magister di IPB University. Ia lahir di Sukabumi, 26 Maret 1997.
Ia memegang prinsip bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah kehidupannya. Perjalanan yang dilalui tidaklah mudah ia menghadapi berbagai tantangan namun tetap berpegang teguh pada keyakinannya.
Ia menerima beasiswa penuh ketika menempuh pendidikan sarjana dan magister, menjadi asisten dosen di sekolah vokasi IPB University selama 6 tahun, dan berhasil mendapatkan beberapa penghargaan selama kuliah.
Kehidupan dan Latar Pendidikan
Sukabumi adalah kota kelahiran Ahmad sekaligus tempat masa kecilnya hingga usia 5 tahun dan kota dimana ia menjalani masa remajanya. Ketika berusia 5 tahun, ia dan keluarga pindah ke Depok dan menempuh pendidikan dasar di SDIT Cinere, sejak tahun 2003 hingga 2009.
Pada tahun 2009, ia dan keluarga kembali ke Sukabumi, melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di sana, tepatnya di SMP PGRI Cisaat dan SMAN 2 Sukabumi. Ketika SD dan SMP, Ahmad merasa tidak terlalu menonjol dalam bidang akademik walaupun ia berkeyakinan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah kehidupan.
Ketika SMA Ahmad mulai meningkatkan prestasi akademik dan aktif berorganisasi. Ia bersekolah di SMAN 2 Sukabumi, di sini ia berhasil meraih peringkat 3 kelas selama 3 tahun dan memberatkan diri untuk perlombaan nasional seperti O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) dan OSN (Olimpiade Sains Nasional) meskipun belum berhasil menjadi juara.
Ia turut berpartisipasi dalam organisasi sseperti menjadi Wakil Ketua Kader Kesehatan Remaja (KKR), Ketua Divisi Remaja Masjid, serta menjadi anggota dance club dan karate. Ketika SMA, kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk lanjut, namun Ahmad memiliki tekad yang kuat untuk berkuliah.
Ia juga mendapat dukungan penuh dari guru-guru di sekolahnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Di tempat bimbelnya, beredar kabar bahwa sekolahnya masuk ke dalam daftar hitam IPB, namun ia tetap mendaftarkan diri ke sana melalui jalur undangan dan diterima, bersama seorang temannya.
Ahmad menempuh pendidikan sarjana di IPB University, Departemen Proteksi Tanaman sejak 2015 hingga 2019 dengan beasiswa penuh dari Bidikmisi (sekarang bernama KIP-K). Ia menyelesaikan studi selama 3 tahun 9 bulan dengan IPK 3,70 (Cumlaude).
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di IPB University, Jurusan Fitopatologi pada 2020 sampai 2022 sekaligus penerima beasiswa LPDP. Ahmad lulus dan mendapatkan penghargaan sebagai Lulusan Terbaik Pascasarjana Proteksi Tanaman IPB (2023) dengan IPK 3,97.
Prestasi dan Karya yang Dihasilkan
Selama menempuh pendidikan tinggi, Ahmad berpartisipasi dalam penelitian dan menjuarai perlombaan di bidang sains seperti:
- Juara 3 Entomogames di Universitas Gadjah Mada (2017)
- Juara 1 Agri Action Percussion Fakultas Pertanian IPB (2017)
- Juara 2 Olimpiade Perlindungan Tanaman di Universitas Brawijaya (2017)
- 5 Besar Mahasiswa Terbaik di Departemen Perlindungan Tanaman IPB (2017)
- Juara 1 Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia di IPB (2018)
- Pemakalah dalam Konferensi Perlindungan Tanaman Asia Tenggara (2019) Ahmad juga aktif menulis karya ilmiah dan buku yang telah dipublikasikan, seperti:
- Efektivitas Kitosan dalam Mengendalikan Nematoda Aphelenchoides besseyi melalui Perlakuan Benih (2020) – IOP Conference Series
- Efek Aplikasi Limbah Brassicaceae terhadap Komunitas Nematoda Tanah (2022) – Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia
- Populasi Nematoda Tanah pada Perlakuan Limbah Tanaman Brassicaceae (2023) – Jurnal Fitopatologi Indonesia
- Buku: Nematoda Pertanian (2023) – Yayasan Kita Menulis
Perjalanan Karier
Pada tahun 2017, ketika semester 5 Ahmad memulai karier sebagai asisten dosen untuk Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan pada Departemen Proteksi Tanaman. Saat semester 7, Ahmad menjadi asisten dosen di Sekolah Vokasi IPB University di kampus Sukabumi untuk mengajar Mata Kuliah Proteksi Tanaman di Program Studi Teknologi Industri Benih (TIB).
Terhitung bahwa Ahmad telah mengajar di SV IPB selama 6 tahun, sejak tahun 2018 sampai 2024. Ia pernah mengajar untuk program studi lain, yaitu Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan (TMP).
Ketika menjadi asisten dosen, ia sedang melakukan penelitian untuk skripsi sehingga Ahmad harus melakukan perjalanan pulang-pergi Bogor-Sukabumi di setiap minggunya menggunakan motor. Ia berkoordinasi dengan rekan asistensi untuk membawa sampel atau bahan praktikum.
Meskipun perjalanan yang dilalui berat, ia bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Ahmad menikmati perannya sebagai asisten dosen karena sesuai dengan passion-nya yaitu proteksi tanaman.
Mahasiswa yang diajarkan juga aktif bertanya dan melakukan diskusi dengannya. Ia turut senang melihat taman seperjuannya telah berkarier yang menjadi motivasi untuk terus berkembang.
Selain mengajar, Ahmad aktif dalam penelitian titik pada tahun 2019 setelah lulus S1, ia bekerja sebagai asisten peneliti bersama dosen di Laboratorium Mikologi Tumbuhan yang bekerja sama dengan perusahaan swasta.
Kemudian, setelah lulus S2 ia kembali menjadi asisten peneliti bersama dosen pembimbing tesis di Lab. Bakteri Tumbuhan IPB selama 1 tahun (2023-2024). Tantangan yang dihadapi Ahmad selama menjadi asisten dosen adalah jarak dan waktu.
Ia menjadi asisten dosen bersamaan dengan pelaksanaan penelitian untuk skripsi sehingga ia harus melakukan perjalanan jauh antara Bogor dan Sukabumi. Ahmad terbiasa mengatur waktu dengan cara membuat schedule agar bisa menjalankan tanggung jawabnya. Ia berkoordinasi dengan rekan asistensi dalam membawa sampel atau bahan praktikum.
Prinsip dan Pesan
Sejak kecil, Ahmad meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah kehidupannya dan ia telah mengimplementasikannya sejak SMA hingga sekarang. Prinsip yang masih ia pegang adalah “Barangsiapa yang bersungguh sungguh, ia akan berhasil,” ucapnya.
Menurutnya, Kegagalan adalah bagian dari perjuangan dan itu normal. Jika sesuatu yang dikerjakan belum berhasil, mungkin waktunya belum tepat.
Salah satu pengalaman yang berhubungan dengan prinsip ini adalah ketika Ahmad mendaftar beasiswa LPDP. Saat itu hanya ia sendiri yang mendaftarkan diri, sehingga ia harus bekerja keras dan melakukan persiapan secara mandiri.
Dia menggunakan waktu senggangnya pada sore Hingga malam hari untuk belajar tes potensi akademik. Ia juga mencoba berkomunikasi dengan penerima beasiswa lpdp yang berkuliah di IPB.
Pada Desember 2019, Ahmad dinyatakan lolos beasiswa, hal ini adalah bukti kerja keras dan tekadnya selama ini. Ahmad berpesan kepada mahasiswa untuk menjaga privasi diri dan tidak menceritakan semua pengalaman pribadi kepada orang lain, karena hal itu bisa saja menjadi boomerang bagi kita di masa depan. ”Lebih berhati-hati, tapi tidak apatis,” ujarnya dalam wawancara online (9/3/2025).
Penulis: Prasasti Sekar Kinasih
NIM: J1401231009















Add Comment