Tabikpun.com – Dicki Prayudi adalah seorang akademisi, pengusaha, dan praktisi di bidang bisnis serta pemasaran asal Sukabumi. Ia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, termasuk menyelesaikan studi hingga jenjang doktoral (S3). Melalui CV Samga Cipta Group, ia berhasil mengembangkan berbagai brand di sektor jasa. Dengan pengalaman luas di dunia bisnis dan pemasaran, Dicki terus berkontribusi dalam membangun ekosistem wirausaha yang lebih inovatif dan berdaya saing.
Masa Kecil dan Pendidikan
Sejak kecil, Dicki sudah menunjukkan ketertarikan yang kuat dalam dunia bisnis. Saat teman-temannya sibuk mengikuti acara kenaikan kelas dengan tampil di atas panggung, Dicki justru memilih untuk berjualan. Kecintaannya terhadap dunia jualan terlihat sejak dini, seperti menjual es saat ada acara Agustusan ketika orang lain menonton pertandingan.
Saat masuk SMA, ia mulai menyadari bahwa dirinya lebih tertarik dengan bidang sosial dan bahasa dibandingkan sains. Akhirnya, ia masuk ke jurusan IPS dan merasa cocok berada di sana. Namun, selepas SMA, perjalanan akademiknya tidak berjalan semulus teman-temannya yang langsung melanjutkan kuliah.
Perjalanan Karier dan Pendidikan Tinggi
Selepas lulus SMA, Dicki menghadapi berbagai tantangan, terutama kendala finansial. Ia mencoba berbagai tes masuk perguruan tinggi, termasuk PTN dan STAN, namun belum berhasil. Ia juga jatuh sakit di hari yang seharusnya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Sementara itu, pilihan untuk kuliah di kampus swasta terkendala biaya. Akhirnya, ia memutuskan untuk bekerja. Dengan latar belakang pendidikan SMA, pekerjaan yang tersedia umumnya bersifat fisik, bukan pekerjaan kantoran.
Dalam perjalanan bekerja, Dicki semakin menikmati aktivitasnya dan sempat berpikir bahwa kuliah hanya akan menghabiskan waktu dan uang. Namun, setelah delapan tahun bekerja, ia mendapat kesempatan bekerja di stasiun radio.
Dari sana, ia mendapatkan informasi mengenai beasiswa dari kampus yang mengiklankan programnya di radio. Awalnya beasiswa tersebut diperuntukkan bagi pendengar radio, tetapi kemudian juga dibuka bagi penyiar.
Dicki melihat ini sebagai kesempatan dan akhirnya mengambil beasiswa untuk program D3 jurusan Komputer Akuntansi di BSI. Selama kuliah, ia tetap bekerja, menjalani dua pekerjaan sekaligus yaitu menjadi penyiar radio dan bekerja di salah satu tempat karaoke. Setelah tiga tahun berkuliah sambil bekerja, ia akhirnya lulus dari program D3 tersebut.
Belum sempat menjalani wisuda, Dicki sudah mendapatkan surat kelulusan yang membawanya ke dunia kerja di BRI. Ia bekerja di sana selama tiga tahun dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1.
Setelah menyelesaikan S1, ia merasa lebih tertarik pada dunia pemasaran dibandingkan akuntansi, sehingga memilih melanjutkan studi S2 di bidang Manajemen bagian Marketing. Pada tahun 2016, ia berhasil meraih gelar S2 dan mendapat tawaran untuk mengajar sebagai dosen profesional di BSI.
Di tahun 2019, ia dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan ke jenjang S3 atau berwirausaha. Setelah melakukan banyak pertimbangan dan istikharah, ia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi S3, yang berhasil diselesaikannya pada tahun 2024.
Membangun Bisnis dan Wirausaha
Sejak bekerja di radio, Dicki menyadari bahwa pekerjaan yang ia jalani selalu berkaitan dengan bidang jasa. Saat kuliah, ia bersama tiga teman mendirikan event organizer (EO) pada tahun 2007, bertepatan dengan ramainya konser di Sukabumi.
Mengelola event, berurusan dengan artis, hingga menangani program konser menjadi pengalaman yang menyenangkan baginya. Setelah salah satu event besar selesai, ia mendapatkan keuntungan terbesar dalam hidupnya saat itu.
Meski melelahkan, Dicki merasa hasil yang didapat juga sepadan. Namun, EO tersebut akhirnya vacum karena Ia dan teman-temannya berpisah karena menjalani kehidupan mereka di kota yang berbeda-beda. Saat melanjutkan S2 di Bandung, Dicki mendapat tugas untuk membuat wedding organizer (WO).
Ia menyadari bahwa menjalankan WO terasa lebih sederhana dibandingkan EO, tidak perlu banyak koordinasi dengan pihak eksternal seperti kepolisian atau manajemen artis, tetapi tetap membutuhkan ketelitian. Setelah lulus dan kembali ke Sukabumi untuk mengajar di BSI, pada tahun 2014 ia mendirikan WO yang menyasar segmen anak muda, membawa gaya khas Bandung ke Sukabumi.
Pada tahun 2020, Dicki melihat peluang lain dalam bidang pernikahan. Ia menyadari bahwa pengantin pria sering kurang mendapat perhatian dalam hal pakaian, sehingga lahirlah Jasso Groom yang berfokus pada pembuatan dan penyewaan Jas Exlusive.
Seiring waktu, bisnisnya berkembang dengan berdirinya Gosimply dan berbagai usaha lainnya. Untuk meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan pelanggan, ia mendirikan CV Samga Cipta Group, yang menaungi beberapa brand seperti GoSimply, Jasso Groom, Mojan Style, Sukabumi Wedding Portal, Carla Decora, dan Sicanala Rent Tools.
Dalam membangun bisnis, Dicki menghadapi berbagai tantangan, termasuk membentuk tim yang solid dan menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah satu pelajaran berharga yang ia dapatkan adalah pentingnya mempercayai orang lain dalam menjalankan bisnis.
Awalnya, ia merasa harus mengerjakan semuanya sendiri karena sifat perfeksionisnya, tetapi seiring waktu ia menyadari bahwa mendelegasikan tugas kepada tim adalah kunci keberhasilan dalam bisnis.
Saat menempuh kuliah doktor sambil mengelola Gosimply, mengajar, dan menjalani kehidupan pribadi, semuanya terasa berantakan bagi Dicki.
Tidur larut hingga jam 2 pagi menjadi hal yang biasa karena harus menyelesaikan banyak hal dalam satu waktu. Dari situ, ia menyadari bahwa manajemen waktunya masih perlu diperbaiki. Ia terbiasa mengetik berlembar-lembar dari jam 10 malam hingga pagi tanpa pola yang teratur.
Setelah lulus, Dicki mulai menata ulang jadwalnya agar lebih seimbang. Kini, ia membagi waktu dengan lebih jelas: mengajar di kampus hanya 2-3 hari dalam seminggu (Senin hingga Rabu), sementara Kamis dan Jumat didedikasikan untuk mengurus Samga Cipta Group. Saat berada di kampus, ia memastikan untuk tidak mengerjakan urusan brand, begitu pula sebaliknya.
Untuk menjaga keseimbangan, ia juga menetapkan batasan agar tidak membawa pekerjaan ke rumah, jam 8 malam sudah harus menutup laptop. Akhir pekan ia prioritaskan sepenuhnya untuk keluarga. Dengan cara ini, Dicki bisa memastikan semua tanggung jawabnya terselesaikan agar tidak mengganggu keseimbangan hidupnya.
Menjadi Pembicara dan Kontribusi di Dunia Pemasaran
Awalnya, Dicki tidak tertarik untuk berbicara di depan banyak orang. Ia merasa kurang percaya diri dan menganggap dirinya belum memiliki kapabilitas yang cukup untuk itu. Namun, setelah menyelesaikan S3, dosen promotornya memberikan nasihat yang mengubah cara pandangnya.
Dosen tersebut mengatakan bahwa sebagai doktor sudah saatnya menjadi bermanfaat untuk orang lain dengan membagikan ilmu yang ia miliki.. Dicki kemudian mulai membangun personal branding sebagai pembicara di Instagram.
Ia membagikan pengalaman dan ilmunya, yang ternyata mendapat respons positif dan memberikan dampak besar. Setelah itu, lahirlah program Sore Sore Sharing, sebuah wadah bagi para insan asal Sukabumi yang bekerja di luar kota untuk berkumpul dan berbagi pengalaman.
Latar belakangnya di bidang komunikasi, pengalaman sebagai penyiar radio, serta keterlibatan dalam dunia marketing membuatnya semakin percaya diri. Jika dulu berbicara di depan banyak orang terasa menakutkan, kini ia justru menikmatinya.
Dengan kemampuan yang diakui dan pengalaman yang terus berkembang, ia membuka diri untuk berbagai kesempatan berbagi ilmu dan terus berkontribusi bagi masyarakat. Bagi Dicki, inspirasi bisa datang dari siapa saja, tanpa memandang usia.
Ia senang mengikuti orang-orang yang menarik perhatiannya, termasuk anak-anak muda yang sukses membangun bisnis. Banyak dari mereka yang ia temukan di Instagram, dan ia selalu tertarik untuk mempelajari perjalanan serta strategi bisnis mereka.
Salah satu publik figur yang ia kagumi adalah Maudy Ayunda. Baginya, Maudy adalah sosok yang cerdas, berpendidikan tinggi, dan memiliki kemampuan membangun kerja sama dengan berbagai brand secara profesional.
Selain itu, ia juga sering melihat Maudy meresume buku, sebuah kebiasaan yang juga Dicki lakukan karena kecintaannya pada membaca. Salah satu prinsip Maudy yang paling ia pegang adalah “never stop learning”. Menurutnya, belajar adalah proses yang tidak memiliki batas usia.
Pesan untuk Anak Muda
Bagi anak muda yang ingin sukses di dunia bisnis dan pemasaran, ada dua ilmu yang menurut Dicki sangat penting untuk dipelajari sejak dini, yaitu Komunikasi (bahasa Inggris dan Public Speaking) dan manajemen bisnis. Ia menyesal karena di masa mudanya tidak fokus pada salah satunya, padahal keduanya adalah kunci untuk bisa bertahan dan berkembang di dunia profesional. Selain itu, ia juga berpesan agar anak muda tidak ragu untuk mencoba banyak hal dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Ia sempat terinspirasi dari film Yes Man, di mana tokoh utamanya yang awalnya pasif dan ragu-ragu mulai membuka diri dengan prinsip selalu mengatakan “yes” pada kesempatan yang datang. Dalam dunia bisnis dan pemasaran, keberanian untuk mengambil peluang dan mencoba hal baru sangatlah penting.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa menjadi yes man harus disertai dengan tanggung jawab. Jangan hanya sekadar menerima setiap kesempatan, tetapi juga harus bertanggungjawab dengan keputusan yang diambil. Jika tidak berani mencoba sekarang, bisa jadi kesempatan besar akan terlewat, dan penyesalan datang di kemudian hari.
Harapan dan Masa Depan
Dicki ingin dikenang sebagai seseorang yang mampu melahirkan entrepreneur baru. Dalam setiap obrolan dan interaksi dengan orang lain, ia selalu berusaha mendorong mereka untuk menciptakan brand atau usaha sendiri. Baginya, seorang entrepreneur sejati bukan hanya sukses untuk dirinya sendiri, tetapi juga bisa membuka jalan bagi orang lain. Ia berharap suatu hari nanti ada orang-orang yang sukses dan berkata, “Pak Dicki yang membuka jalan saya.”
Bukan berarti harus membantu membuka jalan secara finansial, tetapi sekadar membangun niat dan memberikan dorongan pun sudah sangat berarti. Ia ingin apa yang disampaikannya bisa menginspirasi orang lain, meskipun hanya sedikit, asalkan bisa membuka celah bagi mereka untuk berani terjun ke dunia wirausaha.
Menurutnya, membangun bisnis tidak selalu membutuhkan modal besar. Ia sendiri memulai Gosimply dari nol dan percaya bahwa menjadi entrepreneur bukan soal memiliki modal, tetapi soal niat dan keberanian. Modal besar memang penting untuk bisnis berbasis produk, tetapi jika bergerak di bidang jasa, yang paling utama adalah keahlian dan keberanian untuk mulai melangkah.
Penulis: Jasmine Rahadian Firmansyah
NIM: J1401231030
Kelas: Q2















Add Comment