Tabikpun.com – Dieng adalah sebuah tempat yang menyenangkan bagiku, meskipun aku tidak disitu untuk waktu yang lama, aku menyukai tempat tersebut sebagai tempat wisata yang dipenuhi dengan alam. Di Dieng, semuanya terasa sejuk, tidak ada bangunan yang tinggi terisi dengan para karyawan kantoran atau billboard besar yang mempromosikan sebuah produk sehingga Dieng adalah tempat liburan yang cocok untuk bertamasya alam yang jauh dari perkotaan yang sibuk dan berisikm namun artikel ini bukanlah tentang seberapa hebatnya Dieng, melainkan ini adalah cerita tentang perjalananku ke Dieng dan bagaimana perjalananku ke Dieng menjadi salah satu perjalanan yang mengesankan dalam hidup saya.
Sebelum aku pergi ke Dieng, aku sedang bermain game di kamarku sendirian, aku merasa senang menghabiskan waktu ku bermain, bebas dari tugas kuliah yang banyak dan susah untuk diselesaikan, tiba-tiba, aku mengecek sebuah notifikasi dari Whatsapp, ternyata aku telah masuk ke sebuah grup bernama “Trip to Wonosobo” dan setelah aku melihat isi grup tersebut, ada ayah, Ibu, kakak, kakak ipar, tante dan om yang ada di dalam grup tersebut. Aku langsung mengetahui apa maksud dari pembentukan grup ini, ibuku ingin kita melakukan sebuah perjalanan untuk menjenguk keluarga jauh di Wonosobo dan Cilacap sekalian mengunjungi sebuah tempat wisata alam bernama Dieng, sebelum berangkat, ibuku bernegosiasi dengan tante mengenai tanggal yang cocok untuk pergi dari Bogor, setelah diskusi yang singkat dan mencari penginapan di Dieng, kita menyetujui untuk pergi pada tanggal 24 Desember 2024, satu hari sebelum natal dan hari keberangkatan ke Dieng.
Awalnya, aku tidak menyangka kita akan pergi ke Dieng dikarenakan keluargaku jarang pergi ke destinasi lain ketika menjenguk keluarga jauh, namun aku hanya bisa mengikuti rencana perjalanan. Semenjak itu, aku mulai mempersiapkan diri dengan hal-hal yang penting untuk pergi ke Dieng, untuk perjalanan ini, aku hanya membawa lima set baju, sendal bermerek crocs biru dan alat-alat mandi di dalam sebuah tas ransel.
Sebelum aku berangkat, ayah dan ibuku menuntut aku untuk berangkat dengan keluarga om karena mobil keluargaku tidak cukup untuk menampungi ayah, ibu, kakak, dan kakak ipar, aku setuju dan kita bertemu di depan masjid babah alun dengan keluarga om agar aku bisa berangkat dengan mobil yang dikemudi oleh om aku. Setelah kita berkumpul, kita berangkat ke Wonosobo agar kita bisa pergi ke Dieng. Selama aku menjadi penumpang di mobil om, aku hanya bisa tidur, berbicara dengan keponakan, dan memotret pemandangan dengan kameraku, setelah mengalami perjalanan yang berdurasi 6 jam dari Bogor ke Wonosobo, kami telah tiba di Dieng.
Puncak Cikunir
Ketika kami tiba di Dieng, kami mengeluarkan semua barang bawaan dari mobil ke sebuah kabin bertingkat, memakan malam dengan mie instan dan menghabiskan waktu dengan satu sama lain dengan menonton tv, berbincang dan makan bersama. Di malam yang sama, kami juga menyiapkan semua peralatan ke Dieng namun aku lupa membawa sepatu ke Puncak Cikunir, alhasilnya, aku di marahi oleh ibu karena aku kurang persiapan untuk mendaki sebuah gunung, meskipun aku kurang persiapan, kita tetap pergi ke Puncah Cikunir agar bisa melihat sunrise, esok harinya, kami bersiap-siap untuk pergi dan kami berangkat ke Puncak Cikunir, perjalanan dari kabin ke puncak adalah perjalanna yang singkat dengan mengendarai mobil, setelah kita sampai di parkiran, kami pun keluar dari mobil masing-masing untuk mendaki.
Sebelum kita mendaki, kami sholat terlebih dahulu dan membeli sarung dan topi agar kami tidak kedinginan di puncak, setelah itu, kami pun jalan kaki ke puncak tersebut. Suasana di Puncak Cikunir ramai, kebanyakan pengunjung di tempat wisata adalah wisatawan lokal yang ingin melihat pemandangan yang terlihat indah, mencoba makanan dan membeli oleh-oleh di pasar lokal sebelum mereka memasuk trek mendaki ke puncak.
Puncak Cikunir mempunyai dua trek, ada trek yang arahnya kebawah, trek ini cocok untuk orang yang ingin bersantai dan tidak kuat mendaki, dan ada trek yang arahnya keatas, trek ini adalah trek utama Puncak Cikunir dimana para pengunjung bisa melihat pemandangan dari atas dan mereka bisa melihat sunrise yang dinanti-nantikan. Trek utama Puncak Cikunir adalah trek yang licin, dimana jika para pengunjung tidak hati-hati, mereka bisa saja tergelincir dan jatuh ke tanah.
Tekanan udaranya juga sangat beda dari bawah ke atas sehingga pengunjung harus makan terlebih dahulu dan menggunakan pakaian yang tebal agar mereka tidak kena masuk angin. Aku dan keluargaku mendaki ke puncak, meskipun kakak iparku sempat tergelincir dan celananya kotor, kami tetap mendaki dan melihat pemandangan yang indah dari atas bukit. Indahnya pemandangan tersebut, aku memfoto pemandaganya dengan smartphone miliku agar aku tidak lupa dengan keindahan alam yang aku lihat secara langunsg, beberapa menit kemudian, hujan gerimis dan kabut melanda sehingga kami harus turun kebawah untuk pergi ke destinasi lain.
Danau Tiga Warna dan Candi Arjuna
Setelah kami pergi dari Puncak Cikunir untuk makan siang di sebuah restoran lokal, kami pulang ke kabin untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk pergi ke Danau Tiga Warna dan Candi Arjuna. Kami pun kembali ke mobil masing-masing untuk mengunjungi Danau Tiga Warna, selama perjalanan, aku mendengar lagu album lagu dari game Final Fantasy XVI agar aku tidak bosan sepanjang perjalanan. Mobil om pun terhenti dan kami telah tiba di tempat parkir yang dekat dengan Danau Tiga Warna.
Ketika kami ke gerbang masuk Danau Tiga Warna, penjaga tiket masuk mengharuskan pengunjung membayar dengan uang tunai, karena aku yang membawa dompet, aku membayar lima tiket masuk. Ketika aku masuk, aku melihat suasanya yang tenang dan sepi, danau yang luas dengan bebek yang berenang, pohon yang terletak dengan dekat dan angin yang sejuk membuat tempat ini layak untuk dikunjungi. Waktu yang kuhabiskan di tempat ini menjadi sebuah wadah untuk aku melatih ketrampilan fotografiku, aku memfoto anggota keluargaku, bebek yang berenang, dan pohon-pohon yang tinggi.
Setelah kita mengunjungi Danau Tiga Warna, kami pergi ke Candi Arjuna sebagai destinasi terakhir kita sebelum pergi ke Cilacap untuk mengunjungi keluarga kita, di Candi Arjuna, matahari sudah mulai panas dan kami pun membayar tiket lagi untuk masuk ke Candi, kami juga harus memakai sebuah kain khusus sebagai sebuah penghormatan terhadap Candi Arjuna, sebenarnya candinya menarik sayangnya, lahan untuk Candinya tidak terlalu besar, ada beberapa candi yang juga menjelaskan tentang cerita mahabarata, karena kami mempunyai agenda yang lain, kami pun pulang ke kabin untuk bersiap-siap ke Cilacap dan mengunjungi keluarga kita. Semisalnya kalau saya diberikan kesempatan untuk mengunjungi Dieng lagi, saya akan ambil kesempatan itu dengan orang yang tercinta, saya suka dengan Dieng meskipun tempatnya sangat jauh dan dingin.
Penulis: Anargya Atha
NIM: J1401231070

Add Comment