Tabikpun.com – Komunikasi adalah sebuah proses pertukaran informasi antara individu dan individu lain, sebagai mahluk sosial manusia tidak akan pernah luput dari proses komunikasi yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu lain.
Semakin berkembangnya zaman, teknologi komunikasi juga mengalami perkembangan yang signifikan, perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi hingga saat ini menghasilkan sebuah medium atau sarana baru komunikasi yang dikenal sebagai media sosial. Media sosial, adalah sebuah medium atau sarana komunikasi baru yang menawarkan kecepatan penyebaran infromasi dan jangkauan yang sangat luas, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain menjadi sebuah wadah bagi masyarakat zaman sekarang untuk melakukan komunikasi.
Cancel culture menjadi bentuk baru dari ostracism yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan dunia maya. Pengucilan atau pembatalan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap individu atau kelompok yang bertujuan untuk mengeluarkan pelaku yang dinilai telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal atau pelanggaran sosial dari lingkungan masyarakat.
Pada masa lalu, ostracism adalah sebuah perilaku pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat dan dapat menimpa siapa saja yang dinilai telah melakukan pelanggaran sosial. Sedangkan cancel culture yang ada pada masa sekarang cenderung lebih menyasar terhadap publik figur atau orang terkenal yang telah dikenal luas oleh banyak orang.
Akhir-akhir ini terjadi sebuah fenomena cancel culture di media sosial terhadap sebuah film yang berjudul “A Business Proposal”. Pada tanggal 6 januari 2025 di film yang telah diproduksi oleh Falcon Pictures yaitu “A Business Proposal” telah resmi tayang di biskop Indonesia.
Alih-alih disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh masyarakat Indonesia, film ini justru mendapatkan jumlah penayangan yang sangat sedikit di hari ini pertama. Penyebab Cancel Culture Di Media Sosial Terhadap Film “A Business Proposal” Cancel culture merupakan sebuah fenomena penolakan terhadap individu/kelompok tertentu yang dilakukan oleh masyarakat, beberapa tahun kebelakang ini cancel culture telah ramai dilakukan oleh sebagian orang.
Peningkatan cancel culture ini telah meningkat secara signifikan sejak munculnya era baru yaitu era digital yang memungkinkan semua orang untuk melakukan proses komunikasi yang memiliki kecepatan informasi yang cepat dan jangkauan yang luas dengan menggunakan media sosial sebagai media komunikasi. Pada pltform media sosial yang dimana semua orang dapat melakukan interaksi sosial dengan banyak orang melalui foto, video, serta tulisan meningkatkan resiko terjadinya cancel culture terhadap tokoh publik/kelompok tertentu.
Mengutip pada jurnal yang ditulis oleh Rocco Chiou dalam AJOB NEUROSCIENCE, ia mengatakan:
“Cancel culture has become increasingly prevalent in recent years. It follows a typical process, usually unfolding on the internet: When a public figure says or does something considered offensive or pejorative to a given group (e.g., ethnic minorities, sexual/gender minorities, people with disabilities, women as minor- ities, and so forth), disparaging comments quickly pile up on social media, calling out the misconduct, with- drawing support for the person’s work/product, or using performative language to mock and shame the person believed to be responsible for the wrongdoing.” (Chiou, 2020)
Dijelaskan bahwa setiap perkataan yang dilontarkan oleh tokoh publik lewat platform media sosial yang berisi pernyataan menyinggung ras, suku, dan agama tertentu akan memicu beragam ujaran kebencian yang menumpuk untuk melawan pernyataan tersebut. Film “A Business Proposal” mendapatkan seruan boikot dari para penggemar drama Korea dan Netizen Indonesia di platform media soisal, seruan boikot ini merupakan sebuah gerakan cancel culture yang dilakukan oleh orang orang terhadap salah satu pemeran utamanya, Abidzar Al[1]Ghifari.
Pada media sosial Twitter yang merupakan salah satu media sosial paling populer yang memiliki pengguna aktif sebanyak 561,56 juta pengguna (famewall.io diakses pada 7 februari 2025), Abidzar Al-Ghifari sebagai salah pemeran utama pada film “A Business Proposal” memperoleh sebuah cancel culture yang dilakukan oleh pengguna media sosial Twitter terhadap Abidzar Al-Ghifari setelah dinilai melakukan pernyataan yang cukup kontroversial.
Dalam konfersi pers promosi film, statement yang dikeluarkan oleh Abidzar menjadi sebuah hal yang cukup kontroversial dan memicu kemarahan para fans.Dikutip dari suara.com “Abidzar mengakui bahwa dia tidak menonton drama versi Korea Selatan secara penuh. Dia hanya menonton satu episode untuk menghindari kemiripan dalam pengembangan karakter.” Pernyataan yang dikeluarkan Abidzar ini lah yang menjadi awal mula cancel culture yang dilakukan oleh pengguna media sosial Twitter.
Selain itu, sifat yang dimiliki dan respon yang diberikan oleh Abidzar juga telah dinilai oleh sebanyak orang sebagai hal yang tidak pantas karena terkesan seakan menantang para penggemar. Pernyataan Abidzar dan respon yang Abidzar meberikan semakin buruk dan semakin memperkeruh suasana media sosial, sehingga akhirnya memunculkan seruan boikot terhadap film “A Business Proposal” sebagai salah satu gerakan cancel culture terhadap Abidzar.
Dampak Cancel Culture Di Media Sosial Terhadap Film “A Business Proposal” Pada tanggal 6 februari 2025 film “A Business Proposal” telah resmi tayang di bioskop Indonesia, bukannya mendapatkan sambutan dengan antusiasme yang tinggi oleh masyarakat Indonesia, film yang diproduksi oleh Falcon pictures ini malah mendapatkan aksi boikot. Aksi boikot yang dilakukan oleh masyarakat terhadap film “A Business Proposal” sebagai salah satu gerakan cancel culture terhadap salah satu pemeran utamanya menyebabkan film ini memperoleh penonton yang sangat sedikit.
Dilansir dari Liputan6.com “Efek boikot film A Business Proposal membuat film tersebut hanya meraup 6 ribu penonton di hari pertama penayangan.”. Selain itu juga, dikarenakan aksi boikot yang dilakukan oleh banyak orang menyebabkan film ini berhenti tayang di beberapa biskop Indonesia, meskipun terhitung baru 2 hari sejak penayangan perdana film ini.
Pada media sosial Twitter, aksi boikot film “A Business Proposal” ini menjadi topik yang sedang ramai dibahas oleh banyak orang, banyak sekali akun akun Twitter yang membahas tentang betapa sepinya film ini. Akun dari Cinemapoint memposting tulisan jumlah penonton dari penayangan pertama film A Business Proposal. “1,270 shows. Less than 4 persen occupancy. 6,900 admission on day one. You know what to do guys, showtime cut is inevitable and it’s going to be brutal,” tulisnya. Walaupun film ini memiliki 1,270 penayangan film ini hanya memperoleh kurang dari 4 persen jumlah pembelian tiket yaitu sebanyak 6,900 tiket pada hari pertama, yang membuat film ini kalah ramai jika dibandingkan dengan film “Pulung Gantung” yang meraup 22ribu penonton pada hari pertama.
Selain itu juga film “A Business Proposal” yang diperankan oleh Abidzar Al-Ghifari, Ariel tatum, Ardhito Pramono, dll juga mendapatkan rating yang sangat rendah di beberapa platform, dilansir dari IMDb, film bergenre romance ini yaitu “A business Proposal” mendapatkan rating 1.8 dari 10. Sepinya penonton yang diperoloh pada hari pertama penayangan film “A Business Proposal” ini membuat aksi boikot yang dilakukan oleh orang orang terhadap film “A Business Proposal berhasil.
Namun, jika hal ini terus terjadi dan berkelanjutan hingga waktu yang lama, maka Falcon pictures sebagai rumah produksi dari film ini akan mendapatkan kerugian yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
F, Y. (2025, February 7). Terpantau Sepi di Hari Pertama, Film A Business Proposal Fix Kena Cancel karena Abidzar? suara.com. https://www.suara.com/entertainment/2025/02/07/083000/terpantau-sepi-di-hari-pertama-film-a[1]business-proposal-fix-kena-cancel-karena-abidzar Haezer, E. (2025, February 7). A Business Proposal Versi Indonesia Sepi Penonton di Hari Pertama Penayangan, Dampak Cancel Culture? Halaman 2 – Tribunmataraman.com. https://mataraman.tribunnews.com/amp/2025/02/07/a-business-proposal-versi-indoensia-sepi[1]penonton-di-hari-pertama-penayangan-dampak-cancel-culture?page=2 Hafidha, S. I. (2025, February 7). 6 Potret efek boikot film A Business Proposal, hari pertama tayang sepi penonton. liputan6.com. https://www.liputan6.com/hot/read/5912627/6-potret-efek-boikot[1]film-a-business-proposal-hari-pertama-tayang-sepi-penonton Muharman, N., Teguh Pratama, M. Y., Rahmawati, Anisah, N., Sartika, M., Yanuar, D., & Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala, Indonesia. (2022). Cancel Culture sebagai Bentuk Kontrol Sosial di Twitter. In Medkom: Jurnal Media Dan Komunikasi (Vol. 3, Issue 2, pp. 120–135). https://e-journal.unair.ac.id/Medkom Yumna, F. (2025, February 7). Sepi penonton, film “A Business Proposal” dapat rating buruk – nyata. Nyata. https://tabloidnyata.com/07022025-sepi-penonton-segini-rating-film-a-business[1]proposal/#:~:text=Kontras%20dari%20versi%20drama%2C%20film,Hasil%20akumulasi%20dar i%20747%20penilaian.
Nama: Balya Yudha Zakaria Supriyatno
NIM: J1401231072

Add Comment